23 September 2007

Bencana Setelah Gempa


Bencana 7,9 sr yang terjadi di Bengkulu memang telah meluluhlantakkan ribuan rumah dan banyak bangunan. Suasana pilu terjadi dimana-mana. Kondisi menyedihkan itu telah juga mengundang simpati masyarakat luas. Bukan hanya masyarakat Indonesia, melainkan juga masyarakat internasional.

Tetapi karena ketidakjelasan informasi mengenai mekanisme distribusi bantuan, pada hari ke 3 di beberapa tempat distribusi bantuan terjadi keributan, dan bahkan penjarahan.

Peristiwa keributan dan penjarahan itu memberi kesan sekilas seolah-olah masyarakat Indonesia brutal dan kalap. Padahal jika dicermati dengan hati jernih, yang menjadi sumber keributan dan penjarahan itu adalah karena korban tidak mendapatkan kepastian apakah mereka akan menerima bantuan atau tidak. Dan jika mereka akan mendapatkan, bantuan itu akan disalurkan dengan cara apa dan jumlah seberapa. Berbagai ketidakpastian inilah yang sebenarnya menjadi pemicu perilaku kalap dari korban bencana di berbagai tempat.

Untuk menghindari kasus-kasus seperti kerusuhan dan penjarahan sebagaimana yang terjadi dimana-mana setelah bencana terjadi, pemerintah sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap korban bencana harus segera merumuskan kebijakan pengelolaan bantuan dan sesegera mungkin menginformasikan kepada masyarakat korban bencana. Informasi dan kepastian ini amat sangat penting. Pengalaman menunjukkan bahwa kepastian informasi ini melebihi wujud dari bantuan itu sendiri. Sebab dalam hal lapar dan susah, kebanyakan rakyat Indonesia sudah biasa lapar dan susah sekalipun tidak terjadi bencana. Sebab bagi rakyat Indoensia, setiap hari adalah bencana. Maka tidak perlu pemerintah menambahkan bencana setelah setiap terjadi bencana. (gie)

BACA YANG LAIN



0 Tanggapan Anda:

Post a Comment

Buat Temen-Temen Semua. makasih telah mengunjungi BLOG kita. Kami berharap jadikan ini semua sebagai sarana komunikasi dan curahan rasa "kangen" kita semua